Menyorot Perayaan Valentine’s Day

Cinta adalah sebuah kata yang indah dan mempesona yang hingga
sekarang belum ada yang bisa mendefinisikan kata cinta itu sendiri.
Meskipun demikian setiap insan yang memiliki hati dan pikiran yang
normal tahu apa itu cinta dan bagaimana rasanya. Maha suci Dzat Yang
telah menciptakan cinta.

Jika kita berbicara tentang cinta, maka secara hakikat kita akan
berbicara tentang kasih sayang; jika kita berbicara tentang kasih
sayang, maka akan terbetik dalam benak kita akan suatu hari yang setiap
tahunnya dirayakan, hari yang selalu dinanti-nantikan oleh orang-orang
yang dimabuk cinta, dan hari yang merupakan momen terpenting bagipara pemuja nafsu.

Sejenak membuka lembaran sejarah kehidupan manusia, maka disana ada
suatu kisah yang konon kabarnya adalah tonggak sejarah asal mula
diadakannya hari yang dinanti-nantikan itu. Tentunya para pembaca sudah
bisa menebak hari yang kami maksud. Hari itu tak lain dan tak bukan
adalah “Valentine Days” (Hari Kasih Sayang?).

  • Definisi Valentine Days

Para Pembaca yang budiman, mari kita sejenak menelusuri defenisi
Valentine Days dari referensi mereka sendiri! Kalau kita membuka
beberapa ensiklopedia, maka kita akan menemukan defenesi Valentine di
tiga tempat :

  • Ensiklopedia Amerika (volume XIII/hal. 464) menyatakan, “Tanggal
    14 Februari adalah hari perayaan modern yang berasal dari dihukum
    matinya seorang pahlawan kristen yaitu Santo Valentine pada tanggal 14
    Februari 270 M”.
  • Ensiklopedia Amerika (volume XXVII/hal. 860) menyebutkan, “Yaitu
    sebuah hari dimana orang-orang yang sedang dilanda cinta secara
    tradisional saling mengirimkan pesan cinta dan hadiah-hadiah. Yaitu
    hari dimana Santo Valentine mengalami martir (seorang yang mati sebagai
    pahlawan karena mempertahankan kepercayaan/keyakinan)”.
  • Ensiklopedia Britania (volume XIII/hal. 949), “Valentine yang disebutkan itu adalah seorang utusan dari Rhaetia dan dimuliakan di Passau sebagai uskup pertama”.
  • Sejarah Singkat Valentine Days

Konon kabarnya, sejak abad ke-4 SM, telah ada perayaan hari kasih
sayang. Namun perayaan tersebut tidak dinamakan hari Valentine.
Perayaan itu tidak memiliki hubungan sama sekali dangan hari Valentine,
akan tetapi untuk menghormati dewa yang bernama Lupercus.
Acara ini berbentuk upacara dan di dalamnya diselingi penarikan undian
untuk mencari pasangan. Dengan menarik gulungan kertas yang berisikan
nama, para gadis mendapatkan pasangan. Kemudian mereka menikah untuk
periode satu tahun, sesudah itu mereka bisa ditinggalkan begitu saja.
Dan kalau sudah sendiri, mereka menulis namanya untuk dimasukkan ke
kotak undian lagi pada upacara tahun berikutnya.

Sementara itu, pada 14 Februari 269 M meninggalkan seorang pendeta kristen yang bernama Valentine.
Semasa hidupnya, selain sebagai pendeta ia juga dikenal sebagai tabib
(dokter) yang dermawan, baik hati dan memiliki jiwa patriotisme yang
mampu membangkitkan semangat berjuang. Dengan sifat-sifatnya tersebut,
nampaknya mampu membangkitkan kesadaran masyarakat terhadap penderitaan
yang mereka rasakan, karena kezhaliman sang Kaisar. Kaisar ini sangat
membenci orang-orang Nashrani dan mengejar pengikut ajaran nabi Isa.
Pendeta Valentine ini dibunuh karena melanggar peraturan yang dibuat
oleh sang Kaisar, yaitu melarang para pemuda untuk menikah, karena
pemuda lajang dapat dijadikan tentara yang lebih baik daripada tentara
yang telah menikah. Valentine sebagai pendeta, sedih melihat pemuda
yang mabuk asmara. Akhirnya dengan penuh keberanian, ia melanggar
perintah sang Kaisar. Dengan diam-diam ia menikahkan sepasang anak
muda. Pendeta Valentine berusaha menolong pasangan yang sedang jatuh
cinta dan ingin membentuk keluarga. Pasangan yang ingin menikah lalu
diberkati di tempat yang tersembunyi. Namun rupanya, sang Kaisar
mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh pendeta tersebut, dan kaisar
sangat tersinggung hingga sang Pendeta diberi hukuman penggal oleh
Kaisar Romawi yang bergelar Cladius II. Sejak kematian
Valentine, kisahnya menyebar dan meluas, hingga tidak satu pelosok pun
di daerah Roma yang tak mendengar kisah hidup dan kematiannya. Kakek
dan nenek mendongengkan cerita Santo Valentine pada anak dan cucunya
sampai pada tingkat pengkultusan !!

Ketika agama Katolik mulai berkembang, para pemimipin gereja ingin
turut andil dalam peran tersebut. Untuk mensiasatinya, mereka mencari
tokoh baru sebagai pengganti Dewa Kasih Sayang, Lupercus. Akhirnya mereka menemukan pengganti Lupercus, yaitu Santo Valentine.

Di tahun 494 M, Paus Gelasius I mengubah upacara Lupercaria
yang dilaksanakan setiap 15 Februari menjadi perayaan resmi pihak
gereja. Dua tahun kemudian, sang Paus mengganti tanggal perayaan
tersebut menjadi 14 Februari yang bertepatan dengan
tanggal matinya Santo Valentine sebagai bentuk penghormatan dan
pengkultusan kepada Santo Valentine. Dengan demikian perayaan Lupercaria sudah tidak ada lagi dan diganti dengan “Valentine Days”

Sesuai perkembangannya, Hari Kasih Sayang tersebut menjadi semacam rutinitas ritual bagi kaum gereja untuk dirayakan. Biar tidak kelihatan formal, mereka membungkusnya dengan hiburan atau pesta-pesta.

  • Hukum Islam tentang Perayaan Valentine Days

Dalam Islam memang disyari’atkan berkasih sayang kepada sesama
muslim, namun semuanya berada dalam batas-batas dan ketentuan Allah -Ta’ala-
. Betapa banyak kita dapatkan para pemuda dan pemudi dari kalangan kaum
muslimin yang masih jahil (bodoh) tentang permasalahan ini. Lebih parah
lagi, ada sebagian orang yang tidak mau peduli dan hanya menuruti hawa
nafsunya. Padahal perayaan Hari Kasih Sayang (Valentine Days) haram dari beberapa segi berikut :

  • Tasyabbuh dengan Orang-orang Kafir

Hari raya –seperti, Valentine Days- merupakan ciri khas, dan manhaj (metode) orang-orang kafir yang harus dijauhi. Seorang muslim tak boleh menyerupai mereka dalam merayakan hari itu.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Ad-Dimasyqiy-rahimahullah- berkata, “Tak
ada bedanya antara mengikuti mereka dalam hari raya, dan mengikuti
mereka dalam seluruh manhaj (metode beragama), karena mencocoki mereka
dalam seluruh hari raya berarti mencocoki mereka dalam kekufuran.
Mencocoki mereka dalam sebagaian hari raya berarti mencocoki mereka
dalam sebagian cabang-cabang kekufuran. Bahkan hari raya adalah ciri
khas yang paling khusus di antara syari’at-syari’at (agama-agama), dan
syi’ar yang paling nampak baginya. Maka mencocoki mereka dalam hari
raya berarti mencocoki mereka dalam syari’at kekufuran yang paling
khusus, dan syi’ar yang paling nampak. Tak ragu lagi bahwa mencocoki
mereka dalam hal ini terkadang berakhir kepada kekufuran secara global”
.[Lihat Al-Iqtidho’ (hal.186)].

Ikut merayakan Valentine Days termasuk bentuk tasyabbuh (penyerupaan) dengan orang-orang kafir. Rasululllah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk kaum tersebut”. [HR. Abu Daud dalam Sunan-nya (4031) dan Ahmad dalam Al-Musnad (5114, 5115, & 5667), Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf (19401 & 33016), Al-Baihaqiy dalam Syu’ab Al-Iman (1199), Ath-Thobroniy dalam Musnad Asy-Syamiyyin (216), Al-Qudho’iy dalam Musnad Asy-Syihab (390), dan Abd bin Humaid dalam Al-Muntakhob (848). Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Musykilah Al-Faqr (24)].

Seorang Ulama Mesir,Syaikh Ali Mahfuzh-rahimahullah- berkata dalam mengunkapkan kesedihan dan pengingkarannya terhadap keadaan kaum muslimin di zamannya, “Diantara
perkara yang menimpa kaum muslimin (baik orang awam, maupun orang
khusus) adalah menyertai (menyamai) Ahlul Kitab dari kalangan
orang-orang Yahudi, dan Nashrani dalam kebanyakan perayaan-perayaan
mereka, seperti halnya menganggap baik kebanyakan dari
kebiasaan-kebiasaan mereka. Sungguh Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa
sallam- dahulu membenci untuk menyanai Ahlul Kitab dalam segala urusan
mereka…Perhatikan sikap Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-
seperti ini dibandingkan sesuatu yang terjadi pada manusia di hari ini
berupa adanya perhatian mereka terhadap perayaan-perayaan, dan adat
kebiasaan orang kafir. Kalian akan melihat ,ereka rela meninggalkan
pekerjaan mereka berupa industri, niaga, dan sibuk dengan ilmu di
musim-musim perayaan itu, dan menjadikannya hari bahagia, dan hari
libur; mereka bermurah hati kepada keluarganya, memakai pakaian yang
terindah, dan menyemir rambut anaka-anak mereka di hari itu dengan
warna putih sebagaimana yang dilakukan oleh Ahlul Kitab dari kalangan
Yahudi, dan Nashrani. Perbuatan ini dan yang semisalnya merupakan bukti
kebenaran sabda Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- dalam sebuah
hadits shohih, “Kalian akan benar-benar mengikuti jalan hidup
orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi
sehasta sehingga andai mereka memasuki lubang biawak, maka kalian pun
mengikuti mereka”. Kami (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah,
apakah mereka adalah orang-orang Yahudi, dan Nashrani”. Beliau
menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka”. [HR. Al-Bukhoriy (3456) dari
Abu Sa’id Al-Khudriy -radhiyallahu ‘anhu-]“.
[Lihat Al-Ibda’ fi Madhorril Ibtida’ (hal. 254-255)]

Namun disayangkan, Sebagian kaum muslimin berlomba-lomba dan berbangga dengan perayaan Valentine Days.
Di hari itu, mereka saling berbagi hadiah mulai dari coklat, bunga
hingga lebih dari itu kepada pasangannya masing-masing. Padahal
perayaan seperti ini tak boleh dirayakan.Kita Cuma punya dua hari raya
dalam Islam. Selain itu, terlarang !!.

  • Pengantar Menuju Maksiat dan Zina

Acara Valentine Days mengantarkan seseorang kepada bentuk maksiat
dan yang paling besarnya adalah bentuk perzinaan. Bukankah momen
seperti ini (ValentineDays) digunakan untuk meluapkan perasaan cinta kepada sang kekasih, baik dengan cara memberikan hadiah, menghabiskan waktu hanya berdua saja? Bahkan terkadang sampai kepada jenjang perzinaan.

Allah -Subhanahu wa Ta’la- berfirman dalam melarang zina dan pengantarnya (seperti, pacaran, berduaan, berpegangan, berpandangan, dan lainnya),

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al-Isra’ : 32)

Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

لَايَخْلُوَنَّ أَحَدُكُمْ بِاِمْرَأَةٍ إِلَّا مَعَ ذِيْ مَحْرَمٍ

“Jangan sekali-sekali salah seorang kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali bersama mahram”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (4935), dan Muslim dalam Shohih-nya (1241)] .

Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:

لَأَنْ يُطْعَنَ فِيْ رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يِمَسَّ امْرَأَةً لَاتَحِلُّ لَهُ

“Demi Allah, sungguh jika kepala salah seorang dari kalian
ditusuk dengan jarum dari besi, maka itu lebih baik daripada ia
menyentuh wanita yang tidak halal baginya”.
[HR. Ath-Thabrani dalam Al-Kabir (486). Di-shahih-kan oleh syaikh Al-Albany dalam Ash-Shahihah (226)]

  • Menciptakan Hari Rari Raya

Merayakan Velentine Days berarti menjadikan hari itu sebagai hari raya. Padahal seseorang dalam menetapkan suatu hari sebagai hari raya, ia membutuhkan dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Karena menetapkan hari raya yang tidak ada dalilnya merupakan perkara baru yang tercela. Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Siapa saja yang mengada-adakan dalam urusan (agama) kami sesuatu yang tidak ada di dalamnya, maka itu tertolak” [HR. Al-Bukhariy dalam Shahih -nya (2697)dan Muslim dalam Shahih -nya (1718)]

Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami, maka amalan tersebut tertolak”. [HR. Muslim dalam Shahih -nya (1718)]

Allah -Ta’ala- telah menyempurnakan agama Islam. Segala
perkara telah diatur, dan disyari’atkan oleh Allah. Jadi, tak sesuatu
yang yang baik, kecuali telah dijelaskan oleh Islam dalam Al-Qur’an dan
Sunnah. Demikian pula, tak ada sesuatu yang buruk, kecuali telah
diterangkan dalam Islam. Inilah kesempurnaan Islam yang dinyatakan
dalam firman-Nya,

“Pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu
jadi agama bagimu”.
(QS.Al-Maidah :3 ).

Di dalam agama kita yang sempurna ini, hanya tercatat dua hari raya, yaitu: Idul Fitri dan Idul Adha. Karenanya, Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- mengingkari dua hari raya yang pernah dilakukan oleh orang-orang Madinah. Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda kepada para sahabat Anshor,

قَدِمْتُ عَلَيْكُمْ وَلَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُوْنَ فِيْهِمَا فِيْ
الجَاهِلِيَةِ وَقَدْ أَبْدَلَكُمُ اللهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا:
يَوْمَ النَّحَرِ وَيَوْمَ الْفِطْرِ

“Saya datang kepada kalian, sedang kalian memiliki dua hari, kalian bermain di dalamnya pada masa jahiliyyah. Allah sungguh telah menggantikannya dengan hari yang lebih baik darinya, yaitu: hari Nahr (baca: iedul Adh-ha), dan hari fithr (baca: iedul fatri)”. [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (1134), An-Nasa`iy dalam Sunan-nya (3/179), Ahmad dalam Al-Musnad (3/103. Lihat Shahih Sunan Abi Dawud (1134)] .

Syaikh Amer bin Abdul Mun’im Salim-hafizhahullah- berkata saat mengomentari hadits ini, “Jadi,
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- melarang mereka -dalam bentuk
pengharaman- dari perayaan-perayaan jahiliyyah yang dikenal di sisi
mereka sebelum datangnya Islam, dan beliau menetapkan bagi mereka dua
hari raya yang sya’i, yaitu hari raya Idul Fithri, dan hari raya Idul
Adh-ha. Beliau juga menjelaskan kepada mereka keutamaan dua hari raya
ini dibandingkan peryaan-perayaan lain yang terdahulu “.
[Lihat As-Sunan wa Al-Mubtada’at fi Al-Ibadat (hal.136), cet. Maktabah Ibad Ar-Rahman, 1425 H]

Sungguh perkara yang sangat menyedihkan, justru perayaan ini sudah
menjadi hari yang dinanti-nanti oleh sebagian kaum muslimin terutama
kawula muda. Parahnya lagi, perayaan Valentine Days
ini adalah untuk memperingati kematian orang kafir (yaitu Santo
Valentine). Perkara seperti ini tidak boleh, karena menjadi sebab
seorang muslim mencintai orang kafir.

by : Maulana Ihsan Syahputro

Diposting oleh PMTPL | 20.43 | 0 komentar »

Qurban tahun 2008 yang diselenggarakan di mesjid At-Taqwa kompleks PT Toba Pulp Lestari
by : Maulana Ihsan Syahputro

Al-Quran dan As-Sunnah

Diposting oleh PMTPL | 13.45 | 0 komentar »

Bismillah,

Imam Al-Bukhori dalam Kitab Beliau menuliskan Bab " Berilmu didahulukan daripada perkataan dan perbuatan"
Saran saya untuk anda-anda sekalian sebagai saudara sesama muslim supaya masalah ini tidak berlarut-larut, Perdalami dahulu Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan pemahaman para shohabat dan para ulama terdahulu seperti Imam Abu Hanifah, Malik bin Anas, Asy-Syafi'i, Ahmad bin Hambal, Al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud, An-Nasa'i, Ibnu Majah, At-Tirmidzi, Ibnu Katsir, Al-Quthubi, Ath-Thobari dll. Kitab-kitab mereka bertebaran di muka bumi ini bahkan sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia beserta penjabarannya untuk memudahkan bagi kita mendalami agama ini. Dan juga kita tidak fanatic terhadap golongan tertentu. Karena ALLOH melarang kita untuk berpecah belah " Berpeganglah kepada tali agama ALLOH (Al-Qur'an dan Al-Hadits), dan janganlah kalian bercerai berai " (QS.Ali Imron 103), " Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang musryik, yang mana mereka memecah belah agamanya menjadi golongan-golongan. Tiap-tiap golongan membanggakan apa yang ada pada golongan mereka " (QS.Al Mu'min 31-32) .
Terlebih gaji kita pun saya rasa berlebih untuk membeli kitab-kitab tersebut. Mengapa kita harus sayang mengeluarkan uang untuk menambah pengetahuan kita tentang agama ini, sementara kita tidak saying mengeluarkan uang untuk membeli mobil, rumah, sepeda motor dll. Sementara barang-barang itu semua tidak kita bawa ke akhirat nanti.
Jikalau ada perbedaan faham di antara kita, maka kembalikanlah kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah. ALLOH azza wa jalla berfirman : " Hai orang-orang yang beriman taatilah ALLOH, Rosul dan Ulil Amri diantara kalian. Apabila kalian berselisih, maka kembalikanlah kepada ALLOH dan Rosul-Nya jika kalian beriman kepada ALLOH dan hari akhir" (QS.AN-Nisa' 59). Jadi tidak kita biarkan berlarut-larut. Dalam perbedaan faham, tentu kita harus merojihkan (menguatkan) salah satu pendapat untuk kita jadikan acuan dalam beramal, tentu berlandaskan cara-cara yang ilmiah yaitu mengacu kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah bukan kepada pendapat golongan, hawa nafsu, atau pendapat syaikh kita.
Tapi yang pasti, kita tidak hanya bicara menggebu-gebu mengenai agama ini sementara dalam aktual pelaksanaan "Jauh panggang dari api". Kita justru terkadang meninggalkan, meremehkan dan menjauhi perintah-perintah ALLOH dan Rosul-Nya.
Kita bicara realitas saja. Masjid-masjid kita hanya penuh hari jum'at atau bulan romadhon saja, sementara kita justru sibuk saling berkonfrontasi.
Sebagai penutup mari kita renungkan firman ALLOH azza wa jalla " Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan. Amat besar kebencian ALLOH, kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan" (QS.Ash-Shoffat). Lebih baik dari sekarang kita instropeksi diri kita dan kita perbaiki keadaan keluarga kita dulu sebelum kita melangkah lebih jauh ke depan. Masih banyak mungkin amalan wajib yang kita tinggalkan, hal yang harom kita langgar, istri/anak perempuan kita belum pake jilbab dll.
"Yang benar datangnya dari ALLOH dan yang salah datangnya dari Saya dan dari Syaithon"
Wallohu A'lam.

by Jarot

Dakwah

Diposting oleh PMTPL | 13.32 | 0 komentar »

Bismillahirrahmanirrahim,

Da'wah artinya mengajak, maksudnya apabila seseorang mengajak untuk sholat ke masjid tentu yang mengajak itu ikut sholat, namun apabila yang mengajak ngak ikut sholat itu namanya menyuruh. jadi yang da'wah hendaknya memberikan contoh apa yang di da"wahkannya, aneh dan lucu rasanya bila kita cerita harus berdasarkan Kitabbullah dan Sunnah namun kita tidak amal sunnah,-
bagaimana cara makan, cara istinjak,cara berpakaian,cara sholat, cara tidur, Rasulullah SAW dan lainya.
"Sayapun masih belajar" ada tiga Sunnah yang harus kita contoh dari Rasulullah SAW, yaitu SUROH = Penampilan Rasulullah, SIROH =Perjalanan Rasulullah, SARIROH = Risau / Fikir Rasulullah SAW.
Saran saya, hedaknya dalam Artikel tersebut jangan sampai ada menghujah, menyalahkan, / mencari kesalahan saudara Muslim kita yang lain, apa lagi sampai membuka aib saudara kita. Jangan sampai kita pecah hati. Sebab, Allah SWT katakana dalam Alquran :

Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) QS Al HUJURAAT Ayat 11

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
QS Al HUJURAAT Ayat 12

Dalam mahfum hadis dikatakan:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang senantiasa mencari kesalahan seorang muslim, maka Allah ta'ala akan senantiasa mencari kesalahannya pula, sehingga akan terbuka kesalahannya meskipun (tersembunyi) di dalam mulut unta (kendaraan) nya." (HR. Tirmidzi)

Rasulullah SAW bersabda, barang siapa menutup aib saudaranya sesama Muslim maka Allah akan tutup aibnya di hari kiamat dan barang siapa membuka aib saudaranya sesama Muslim maka Allah akan buka aibnya, hingga Allah mempermalukan dirinya disebabkan aibnya di rumahnya sendiri. HR Muslim, Abu Daud dan Tirmidzji.

Hendaknyalah perbedaan faham kita jadikan Rahmat, seperti membangun sebuah gedung tidak cukup hanya ada semen atau pasir saja. Adanya besi ,pasir, semen, kayu, air, bata dan lain-lain barulah menjadi bangunan yang kita inginkan, begitu juga kita sebagai ummat Islam, semestinya kita membangun Umat ini juga saling bantu, saling mengisi dan menutupi kekurangan saudara kita yang lain.

Allah SWT berfirman,
Kalian adalah Umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,kalian menyeruh pada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan berimanlah kepada Allah. QS Ali imran 110.

Dan hendaklah ada diantara kalian segolongan Ummat yang menyeru kepada kebajikan dan menyeruh pada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan mereka itulah orang orang yang beruntung, QS Ali imran 104.

Dalam ayat yang pertama di sebutkan bahwa ummat yang terbaik di peruntukkan bagi mereka yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran, sedang ayat berikutnya disertai pengkhususan bahwa hanya mereka yang menunaikan tugas dan tanggung jawab yang akan mendapat kebahagian dan kejayaan. MAULANA MUHAMMAD ZAKARIA Rah a.

AFALA YAKKILUNN ???

"Sesungguhnya Allah SWT dan Rasulnya yang lebih mengetahui".

By Bambang Ariadi

Latihan Manasik Haji

Diposting oleh PMTPL | 19.47 | 0 komentar »

Anak- anak latihan Manasik Haji di kompleks PT. Toba Pulp Lestari Tbk,